Arus Wisman Meningkat di Semester Satu


JAKARTA – Pada semester I-2022, geliat kedatangan wisman cukup terasa. Perjalanan domestik dengan kereta api dan pesawat melonjak tinggi. Okupansi hotel di Yogyakarta mencapai 66,45 persen.

Kinerja pariwisata Indonesia mencatatkan hasil yang menggembirakan pada semester I-2022. Seperti diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (5/8/2022), indikator utama kiprah turisme, yakni  arus kedatangan wisatawan mancanegara (wisman), yang menunjukkan grafik lonjakan menjanjikan. Dalam catatan BPS, ada 743 ribu wisman yang berkunjung melalui berbagai gerbang wisata. Jumlah itu lebih dari 10 kali lipat dibanding semester I-2021, yang hanya menorehkan angka 72 ribu wisman.

Pintu gerbang Bali menyumbang 50 persen dari arus wisman itu. Dalam situasi normal prapandemi, kontribusi Bali sekitar 38–40 persen saja. Bahwa di tahun ini porsinya lebih besar, antara lain, karena Bali yang membuka pintu gerbang wisatanya lebih awal, yakni per awal Februari 2022.

Yang lebih kuat menggerakkan dunia pariwisata Indonesia ialah wisatawan domestik (wisdom). Pada situasi normal, porsi wisdom di Bali mencapai 60 persen dan wisman 40 persen. Di luar Bali, kontribusi wisman yang besar juga terjadi di destinasi wisata Kepulauan Riau (Kepri), dengan porsi sekitar 30–35 persen. Selebihnya, kehadiran wisdom jauh lebih dominan.

Memasuki semester II-2022, para pelaku usaha pariwisata di Bali yakin bahwa arus wisman akan  lebih kencang. Rute dan frekuensi penerbangan langsung dari berbagai kota dunia ke Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali semakin banyak.

Setelah mencatat arus kedatangan wisman sebanyak 58 ribu pada April, 115 ribu pada Mei, dan 181 ribu pada Juni 2022, mereka yakin bahwa pada Juli bisa tembus 250 ribu dan 300 ribu pada Agustus, kemudian melonjak kuat antara Desember–Januari nanti.

Makin Moncer

Kawasan pariwisata kelas dunia di Nusa Dua, Bali, makin moncer. Selama Juli 2022, kawasan wisata yang dikelola BUMN PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selalu ramai didatangi tamu asing dan domestik. Sekitar 5.500 kamar, dari 21 hotel dan resor bintang 5 dan 4, yang terserak di area seluas 350 hektare itu, banyak terisi.

Selama Juli 2022, tingkat hunian rata-rata hotel di The Nusa Dua mencapai 65,4 persen, naik dari 60,1 persen pada Juni. Pada periode Juli 2021, tingkat hunian hotel di sana merana di level 8,2 persen. Sejumlah acara digelar pemerintah di kawasan Nusa Dua, termasuk side event G20, yang mendahului puncak acara KTT G20, November nanti.

Managing Director The Nusa Dua I Gusti Ngurah Ardita mengakui, gelaran konferensi yang dihelat oleh sejumlah kementerian  dan lembaga negara ikut mendorong pulihnya kondisi di Nusa Dua. Toh, acara-acara pelat merah itu disusul oleh sejumlah acara pelat hitam (swasta), dan orang per orang yang membuat kawasan Nusa Dua terasa lebih hidup.

‘’Pada dua bulan terakhir, lebih separuh hotel di Nusa Dua ini mencapai tingkat  hunian di atas 70 persen. Kenaikan tingkat hunian ini kami yakini sebagai indikasi kebangkitan pariwisata di Bali dan tidak semata-mata di Nusa Dua,’’ ujar I Gusti Ngurah Andika.

Tingkat hunian hotel di Bali memang terus meningkat. Pada Juni 2022 tingkat hunian hotel di Bali telah mencapai 38,8 persen, dengan porsi terbesar pada hotel bintang 1 (53 persen) dan bintang 2 sebesar 40 persen. Bintang tiga ke atas okupansinya sedikit di bawahnya, yakni 35–39 persen. Toh, hingga kini belum seluruh hotel di Bali beroperasi. Mereka menunggu sampai kondisi benar-benar pulih.

Dalam kondisi puncak seperti pada 2019, wisatawan yang berkunjung ke Bali bisa mencapai hampir 16 juta, yang terdiri dari 6 juta wisman dan 10 juta wisdom. Dalam catatan BPS Bali, kunjungan wisman ke Bali pada tahun itu didominasi wisman asal Australia 19,76 persen, Tiongkok 19,25 persen, India 5,83 persen, Inggris 4,59 persen, dan dalam porsi yang lebih kecil dari Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Korea Selatan, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Profil wisman yang ke Bali dengan wisman yang ke destinasi lainnya agak berbeda. Pada 2019, data pariwisata BPS menunjukkan bahwa secara nasional wisman terbesar berasal dari Malaysia 18,5 persen, Tiongkok  12,9 persen, Singapura  12,2 persen, dan Australia 8,6 persen. Dalam jumlah yang lebih kecil ialah wisman dari Korea Selatan, Jepang, India, Amerika, dan negara-negara Eropa.

Arus wisatawan dari negeri jiran Malaysia sebagian memilih destinasi wisata di Kota Medan, Danau Toba, Sumatra Barat, Jakarta, Bandung, dan sebagian lagi Kepulauan Riau (Kepri). Warga Singapura dan para ekspatriatnya juga menyukai Kepri, utamanya Batam dan Bintan. Tak heran bila Kepri menjadi destinasi wisata terbesar kedua di Indonesia dalam hal menyedot wisman, setelah Bali.

Pada 2019, dari 16,75 juta wisman yang berkunjung ke seluruh destinasi Indonesia, Bali mengambil bagian 38,5 persen dan Kepri 17,3 persen. DKI Jakarta pada peringkat tiga dengan 15 persen. Setelah merosot dua tahun akibat pandami, destinasi-destinasi wisata Indonesia pun kini kembali menggeliat.

Untuk Kepri, situasinya pada kuartal I-2022 masih lesu. Wisman Malaysia dan Singapura baru datang lagi mulai April, dengan sekitar 12 ribu orang. Lalu angkanya berlipat, di bulan-bulan berikutnya. Pada semester I-2022 Kepri baru membukukan angka sekitar 85 ribu wisman. Proyeksinya sekitar 600 ribu wisman sampai akhir 2022. Masih jauh dari capaian 2019, yakni 2,35 juta wisman.

Situasi pandemi yang disusul dengan krisis pangan dan energi global tentu akan berimbas ke dunia pariwisata nasional 2022. Toh, banyak kalangan optimistis bahwa target 1,8–3,6 juta wisman pada 2022 bisa dicapai. Negara-negara asal wisman seperti Australia, India, Malaysia, Tiongkok, dan Singapura tak terlalu terdampak oleh krisis global. Pandemi di negara-negara tersebut pun kini semakin terkendali, sehingga mobilitas warganya tak terkendala.

Situasi ekonomi nasional terus membaik, bahkan tumbuh di atas 5 persen di semester I ini. Mobilitas  masyarakat lokal terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Perjalanan antarkota dan antarwilayah, dengan berbagai moda transportasi, mengalami kenaikan yang cukup besar. Pada Juni 2021, misalnya, menurut BPS, hanya ada 3,82 juta pemberangkatan penumpang di terminal penerbangan domestik. Tapi pada Juni 2022, angkanya terkerek menjadi 4,87 juta.

Begitupun dengan kereta api, naik dari 14,47 juta (Juni 2021) menjadi 23,48 juta pemberangkatan (Juni 2022). Ada pertumbuhan positif. Rapor merah semester I-2021 telah berubah menjadi biru.

Perjalanan domestik itu bisa untuk tujuan ekonomi, kedinasan, atau wisata. Tapi pada ujungnya, akan meningkatkan okupansi hotel. Menurut  BPS, okupansi hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada semester I-2022 cukup tinggi, yakni 66,45 persen, Kalimantan Timur 64,56 persen, dan di Lampung 58,87 persen.

Kenaikan okupansi hotel ini juga dapat menimbulkan efek luberan ke mana-mana, baik ke restoran, kafe, taksi, gojek, seni pertunjukan, barang suvenir, dan banyak produk lokal lainnya. Mobilitas warga tentu banyak manfaatnya. (***)

Komentar