Indonesia Menggaet Jerman Kembangkan Rantai Pasok Global Industri 4.0

Presiden Joko Widodo melambaikan tangan bersama Presiden Republik Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier (kiri) di Istana Bogor, Jawa Barat. Foto/ Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA – Pada kuartal I-2022, Jerman menambah nilai investasi Rp1,45 triliun. Salah satunya di bidang industri semikonduktor.

Kemitraan Republik Indonesia (RI) dan Jerman pada 25 Juni 2022 berumur 70 tahun, hanya kurang tujuh tahun dari usia berdirinya republik ini. Kunjungan kenegaraan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, ke Indonesia pada 15–17 Juni 2022 menjadi istimewa karena bertepatan dengan semangat merayakan tujuh dekade hubungan diplomatik RI-Jerman.

Ketika bertemu dalam perbincangan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Presiden Steinmeier dan Presiden Joko Widodo telah menyampaikan komitmen untuk mempererat hubungan bilateral yang fokus pada kerja sama ekonomi, utamanya industri 4.0, energi terbarukan dan penguatan kerja sama menangani perubahan iklim.

“Jerman adalah mitra ekonomi penting Indonesia di Eropa. Saya mengajak Jerman untuk berinvestasi di sektor industri 4.0, dari hulu ke hilir dan menjadikan industri semikonduktor menjadi bagian dari rantai pasok global,” ujar Presiden Joko Widodo sesuai pertemuan.

Satu hal, Presiden Jokowi menyatakan, kunjungan Kepala Negara Jerman tersebut seiring dengan tekad Jerman, selaku Ketua Forum G7 dan Indonesia sebagai pengampu Presidensi G20 pada 2022 memprioritaskan agenda transisi energi untuk pembangunan global berkelanjutan.

Oleh karena itu, Indonesia mengajak Jerman mendukung pembentukan pembiayaan transisi energi serta kerja sama riset di bidang energi hidrogen dan mobil listrik. Jerman merupakan salah satu mitra komprehensif Indonesia. Cakupan kemitraannya luas, antara lain, kerja sama Green Infrastructure Initiative senilai EUR2,5 miliar (Rp39,5 triliun); integrasi transmisi hijau di Sulawesi Utara, senilai EUR150 juta (Rp2,3 triliun); pilot project pengembangan energi geotermal senilai EUR300 juta (Rp5,6 triliun).

Keseriusan Jerman dibuktikan dengan jumlah delegasi Presiden Steimeier yang terdiri dari 20 pejabat negara dan pelaku bisnis Jerman. Mereka juga mengadakan pertemuan dengan perwakilan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Komitmen Jerman meningkatkan kemitraan strategis dengan RI terlihat ketika pertemuan Roundtable Business Meeting Indonesia-Jerman yang digelar di Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI) 4.0 Jakarta. Bagi perusahaan Jerman, Indonesia merupakan negara yang tepat untuk peningkatan kerja sama ekonomi di bidang digitalisasi, infrastruktur energi hijau, dan keberlanjutan.

Roundtable Business Meeting dihadiri oleh sejumlah perusahaan terkemuka termasuk Kadin, Apindo dan asosiasi industri, baik dari Indonesia maupun Jerman. Delegasi Bisnis Jerman terdiri dari CEO dan perwakilan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, kosmetik, infrastruktur, pelabuhan, alat kesehatan, teknologi informasi, serta perdagangan dan konsultan hukum.

Diskusi antarpelaku bisnis mengerucut pada tiga isu kunci yang merefleksikan potensi kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jerman, yaitu di bidang digitalisasi, infrastruktur, dan keberlanjutan. Perwakilan bisnis kedua negara juga sepakat untuk terus menggali potensi dan mendorong kemitraan pada tiga bidang tersebut.

Presiden Steinmeier juga menyambut baik kolaborasi yang dibangun antara Indonesia dan Jerman. “Di tengah-tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik global, Jerman mengharapkan Indonesia sebagai mitra strategis guna menyelesaikan berbagai tantangan global,” tutur Presiden Steinmeier.

Investasi Semikonduktor

Kementerian Investasi/BKPM mencatat dalam kurun waktu 2017 hingga 2021, investasi langsung Jerman ke Indonesia mencapai USD1 miliar atau sekitar Rp14,8 triliun (kurs Juni 2022). Nilai tersebut terus bertambah, tercatat pada kuartal I-2022 Jerman kembali berinvestasi dengan nilai USD98,4 juta (Rp1,45 triliun). Investasi ini salah satunya di bidang industri semikonduktor.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri semikonduktor merupakan urat nadi yang memegang peran esensial dalam percepatan transformasi digital. Seturut berkembangnya era industri 4.0 sehingga kebutuhan chip semikonduktor terus bertambah.

“Kami melihat, permintaan semikonduktor yang meningkat ini merupakan peluang investasi yang strategis. Indonesia perlu merebut peluang tersebut,” kata Menperin di Jakarta, Jumat (17/6/2022).

Menurutnya, Indonesia merupakan pasar yang besar bagi produk elektronika. Sebab itu, pihaknya memacu tumbuhnya industri semikonduktor. Hal ini seiring perkembangan perangkat telekomunikasi dan otomotif khususnya kendaraan listrik serta digitalisasi di banyak sektor. Hal itu dipacu dengan menggandeng negara pemain chip global, salah satunya Jerman.

Pihak Kemenperin mengungkapkan salah satu investor Jerman melalui perusahaan PT Infineon Technologi Batam telah berkomitmen untuk meningkatkan investasinya sebesar Rp569,3 miliar. Investasi itu untuk menggenjot kapasitas 65 juta pieces (pcs) per minggu pada 2025, dan akan bertambah menjadi EUR83,57 juta (Rp1,3 triliun) untuk kapasitas 150 juta pcs per minggu sampai 2030.

Perusahaan di bidang industri semikonduktor ini telah berinvestasi di Indonesia sejak 1996. Kapasitas produksi PT Infineon Technologies Batam pada tahun 2020 mencapai 15 juta pcs per minggu dan meningkat menjadi 22 juta pcs per minggu tahun 2021.

Komitmen investasi produk semikonduktor dari negeri Bavaria itu merupakan salah satu buah kerja sama erat ekonomi RI-Jerman. Untuk itu, telah dibuat platform mekanisme bilateral di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi atau Joint Economic and Investment Committee Indonesia-Jerman dalam mendukung upaya peningkatan kerja sama di bidang tersebut.

Presiden Joko Widodo sendiri telah dijadwalkan untuk menghadiri KTT G7 yang akan dilaksanakan di Elmau, Jerman pada 27 Juni 2022. Indonesia pun kembali diundang sebagai Official Partner Country dalam Pameran Dagang Hannover Messe 2023. (***)

Komentar