Ajari Si Kecil Sehat Menjalani Ibadah Puasa


Berpuasa tidak hanya berlaku bagi kalangan yang sudah mencapai usia puber. Anak-anak berusia 7 tahun ke atas juga sudah boleh melakukannya. Dari segi medis pun, anak-anak pada usia tersebut dapat menjalani puasa secara aman, asalkan didukung oleh asupan nutrisi yang tepat.

Secara umum, puasa dapat memberi manfaat kesehatan bagi mereka yang menjalankannya. Dengan catatan, dilakukan dengan benar. Namun jika dilakukan tidak sesuai aturan, puasa bisa memberi efek negatif bagi tubuh seperti maag dan dehidrasi.

Saat berpuasa, biasanya kadar asam lambung dapat berkurang. Namun, memikirkan makanan atau membayangkan aromanya bisa membuat produksi asam lebih banyak pada perut hingga memicu maag.

Sedangkan dehidrasi merupakan kondisi yang biasa terjadi saat berpuasa. Selama berpuasa, tubuh terus-menerus kehilangan air dan garam pada tubuh. Kedua zat ini terpakai saat tubuh bernapas, berkeringat, dan buang air kecil. Sementara, selama berpuasa tubuh tidak mendapat pasokan air dan garam.

Kondisi ini bisa membuat Si Kecil menjadi lesu, bibirnya kering, matanya cekung, pusing, terlihat stres, atau bahkan pingsan.

Berikut ini tips mengajari anak untuk berpuasa, namun tetap menjaga agar tubuhnya tetap sehat:

Tidak berpuasa penuh. Mengajari anak untuk berpuasa harus dilakukan secara perlahan-lahan. Disarankan untuk mengajarinya menahan haus dan lapar selama beberapa jam terlebih dahulu. Jangan langsung menyuruh anak untuk berpuasa sehari penuh. Sebagai contoh, Si Kecil bisa mulai berpuasa sejak waktu imsak hingga jam 10. Setelah beberapa hari, dia bisa berbuka puasa pada jam 12 siang (puasa setengah hari). Begitu seterusnya hingga dia merasa kuat untuk berpuasa secara penuh sedari imsak hingga Maghrib tiba.

BACA JUGA:  Waspada Cacar Monyet: Gejala, Penyebaran dan Upaya Penanganan

Sahur sangat penting. Sahur mungkin menjadi waktu yang paling menguji kesabaranmu. Biasanya Si Kecil bangun saat matahari telah bersinar terang, tapi selama Ramadhan dia harus bangun saat langit masih gelap. Meski dia terus-menerus menolak untuk bangun, kamu jangan menyerah. Ingat, makan sahur merupakan hal penting saat berpuasa, apalagi bagi Si Kecil.

Agar Si Kecil mudah dibangunkan, pastikan dia tidak tidur larut malam.

Asupan saat sahur. Mengonsumsi asupan yang tepat saat sahur sangat penting untuk menunjang tubuhnya selama berpuasa.

Makanan. Makanan yang harus dikonsumsi saat sahur haruslah memiliki gizi yang seimbang serta dapat memberinya tenaga selama menjalani hari. Namun, itu bukan berarti kamu harus memberinya makan dengan porsi yang berlebih.

Makanan yang dianjurkan saat sahur yaitu asupan berkarbohidrat kompleks seperti gandum, kacang-kacangan, sereal gandum, biji-bijian, roti gandum, atau beras merah. Energi dari sumber makanan ini dilepaskan perlahan di dalam tubuh sehingga bertahan lebih lama terjadi jika mengonsumsi asupan jenis ini. Makanan ini juga bisa membuatnya kenyang lebih lama, ketimbang makanan karbohidrat olahan seperti nasi putih atau roti putih.

BACA JUGA:  Waspada Cacar Monyet: Gejala, Penyebaran dan Upaya Penanganan

Makanan kaya serat juga dianjurkan saat sahur, seperti sayur dan buah-buahan.

Untuk mencegahnya mengalami maag, hindari mengonsumsi makanan yang yang digoreng, berminyak, atau pedas.

Saat sahur disarankan pula untuk menghindari makanan mengandung tinggi gula dan lemak.

Minuman. Mengingat saat puasa tubuh lebih mungkin mengalami dehidrasi,  disarankan untuk memberi Si Kecil asupan cairan yang cukup. Hindari memberinya minuman berkafein seperti teh, kopi, atau minuman bersoda. Ketiga jenis minuman ini bisa membuatnya lebih cepat mengalami dehidrasi.

Kamu bisa memberinya air yang cukup saat sahur. Karena jika tidak, risiko Si Kecil mengalami dehidrasi akan meningkat. Sangat penting juga untuk mengonsumsi minuman yang mengandung vitamin seperti jus buah.

Minuman isotonik juga bisa dijadikan pilihan untuk mencegah dehidrasi. Minuman isotonik memiliki konsentrasi gula dan garam yang sama dengan cairan tubuh. Tidak hanya air, minuman isotonik juga mengandung elektrolit, sebuah zat mineral bermuatan listrik yang bisa ditemukan pada tubuh. Zat-zat yang disebut sebagai elektrolit antara lain kalsium, bikarbonat, potasium, dan sodium. Minuman ini juga bisa mempertahankan tenaga karena mengandung karbohidrat.

BACA JUGA:  Waspada Cacar Monyet: Gejala, Penyebaran dan Upaya Penanganan

Menu berbuka puasa. Mulailah berbuka dengan mengonsumsi banyak air. Hal ini bisa membantu merehidrasi tubuhmu yang kekurangan cairan saat berpuasa. Cairan tubuh yang hilang juga dapat diganti dengan cepat dengan mengonsumsi minuman isotonik pada waktu berbuka.

Setelahnya, kamu bisa memberikan kurma untuk Si Kecil. Buah yang satu ini bisa dengan cepat memberikan tenaga untuknya. Kemudian kamu bisa mulai memberinya asupan yang lebih berat, namun sehat. Kamu juga bisa menyajikan makanan favoritnya sebagai penyemangatnya untuk berpuasa seperti es krim. Ingat, jangan biarkan Si Kecil makan berlebihan saat berbuka puasa.

Walaupun masih anak-anak, Si Kecil bisa juga, lho, diajak untuk belajar menahan lapar dan haus. Namun, jangan memaksanya terlalu keras. Jika dia terlihat sudah tidak kuat, kamu bisa menginzinkannya untuk berbuka puasa. Atau, jika anakmu memiliki kondisi penyakit tertentu, disarankan untuk mengonsultasikan ke dokter sebelum mengajarinya berpuasa. (alodokter.com)

Komentar